Website Nagari – Sebagai Media Komunikasi Perantau Dengan Nagari


 
Saciok bak ayam, sadanciang bak basi Sarumpun bak sarai, satampuak bak pinang Barek samo dipikua ringan samo dijinjiang Ka bukik samo mandaki ka lurah samo manurun tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo minum ambun 

Tidak terasa, ramadhan sudah mencapai hari yang ke 24, insya Allah seminggu lagi kita akan berlebaran dengan sanak keluarga. Tentunya akan banyak dunsanak yang bergabung di PAM akan pulang ke kampung halaman & berlebaran di Nagari masing-masing, untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga di ranah & di rantau yang juga berlebaran di kampung halaman.

Tradisi berlebaran di Nagari memang sudah dilakukan sejak dari dulu hingga saat ini, dimana pada masa lalu umumnya perantau telah kembali sejak awal ramadhan & bermukim dikampung halaman sebulan lebih setelah itu kembali ke perantauan. Tradisi lama ini memungkinkan karena umumnya waktu itu perantau minangkabau berfrofesi sebagai pedagang/wirausaha sehingga bisa mengatur sendiri jadwal kepulangannya. Sebab itu masih berlaku hingga saat ini dikalangan wirausaha minangkabau

Mancari 11 bulan untuak sebulan dikampung halaman.

Ada yang perlu kami sampaikan pada dunsanak penggemar PAM berdasarkan data statistik dari server situs kelola page/halaman jejaring sosial facebook, dimana 92 % penggemar PAM adalah kalangan perantau minangkabau. Hal ini berkaitan dengan pembangunan nagari karena saat ini ranah minang telah kembali ke sistem pemerintahan nagari sejak 2001.

Nagari adalah salah satu keunikan minangkabau dari daerah lain di Indonesia, selain sistem matrilineal yang sangat mewarnai pola kekerabatan (kinship) dalam keluarga Minangkabau dan berbagai keunikan lainnya yang berbeda dengan tatanan masyarakat adat di Indonesia.

Pada zahirnya, saat ini sistem pemerintahan nagari masih seperti “desa” di era  1979 – 2000, dimana hanya ada perbedaan dengan bertambahnya Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan Badan Musyawarah (Bamus) nagari. Dibeberapa kabupaten istilah Bamus digantikan dengan Badan Perwakilan Nagari (BPN) yang sebenarnya memiliki prinsip & sistem yang sama. Sehingga masih harus tetap disempurnakan sehingga kita bisa “babaliak ba nagari”.

Adapun yang perlu kita lakukan selama berada di kampung halaman saat merayakan hari Aidil Fitri bersama dunsanak dikampung halaman & dunsanak perantau yang juga berlebaran di kampung halaman antara lain adalah

  1. Perlunya membahas permasalahan – permasalahan yang ada di “kaum”  seperti, keberadaan penghulu kaum berikut kesejahteraan sosial kaum, pendayagunaan pusako tinggi kaum  seperti sawah & ladang (parak), kondisi rumah gadang/rumah tuo leluhur, saling mengenal (silaturahim) sesama anggota kaum.
  2. Pembangunan nagari, sebab Nagari adalah identitas diri kita sebagai orang minangkabau, yang menjelaskan asal dari mana kita berada, selain kepemilikan pusako tinggi yang menjelaskan keberadaan kita di kampung halaman (Nagari).

Dari poin ke 2 (dua), diperlukan komunikasi yang intensif secara terus menerus, sehingga kami berpendapat perlu masing-masing nagari untuk merilis situs/website resmi nagari yang didukung oleh anak nagari di ranah maupun di rantau.  Berikut kami sertakan link beberapa website nagari yang sudah ada sebagai bahan rujukan.

Website nagari Sungai Pua (Agam)

http://nagari-sungaipua.com/

Website nagari Koto Gadang (Agam)

http://www.kotogadang-pusako.com/

Website nagari Pandai Sikek (Tanah Datar)

http://www.pandaisikek.net/

Website nagari Paninggahan (Solok)

http://paninggahan.net/

Website nagari Padang Magek (Tanah Datar)

http://padangmagek.info/

Website nagari Talu (Pasaman Barat)

http://www.rangtalu.net/

Website nagari Palangki (Sijunjung)

http://www.nagaripalangki.com/

Keberadaan website ini bukanlah untuk berbangga-bangga, namun untuk menjalin silaturahmi antara anak nagari di rantau dengan kampung halaman, dimana kegiatan-kegiatan di nagari bisa dipublikasikan kepada seluruh perantau dimanapun berada, seperti informasi adat budaya untuk generasi penerus, penjabaran adat salingka nagari, kegiatan-kegiatan sosial masyarakat nagari, pembangunan nagari berupa pendidikan, agama, seni, ekonomi dan lain sebagainya.

Mewujudkan situs/website di nagari-nagari tidaklah terlalu sulit. Cukup diperlukan personal computer (PC) sekelas intel Pentium 4 atau AMD Atlhon yang saat ini hanya computer “bekas pakai” sebab dipasaran saat ini ditawarkan kelas “dual core” dengan bujet 3 – 3,5 juta rupiah serta dilengkapi dengan modem yang cukup bervariasi.

Untuk kantor wali nagari yang sudah terhubung dengan line telepon bisa menggunakan akses speedy unlimited yang cukup murah (200rb/bulan) & alangkah baiknya khusus untuk masing-masing nagari yang berjumlah 630 Nagari di 11 kabupaten, Pemda Sumbar bisa merekomendasikan pada PT Telkom Sumbar agar tarif berlangganan paket Speedy Unlimited ini bisa lebih murah sebagaimana sifatnya yang sosial seperti tarif rekening listrik (PLN) & abodemen telepon di mesjid/kantor wali nagari yang ada saat ini.

Pada nagari – nagari yang belum memiliki akses telepon, bisa menggunakan modem wirrelles dari provider seperti Telkomsel, Indosat & Excel. Dimana ada fasilitas paket unlimited  yang cukup bervariasi. Sedangkan domain/hosting bisa digunakan bervariasi, mulai dari yang dimain berbayar hingga yang gratis seperti blog, worpress atau multiply.

Dengan begitu, penerimaan kas pada Shalat Jum’at di masjid-masjid (surau) pada setiap nagari bisa diakses setiap minggunya oleh kalangan perantau. Dengan media internet ini pula kita bisa melihat kondisi terkini kampung halaman kita, walaupun sudah lama tidak pernah pulang ke kampung halaman, apalagi banyak dunsanak kita yang kaluarganya “merantau cino” sehingga bisa kembali mengenal kampung halamannya secara perlahan-lahan sebab ada peribahasa melayu menyebutkan tak kenal maka tak sayang.

Dengan adanya website ini pula, ide-ide untuk membantu kemajuan kampung halaman bisa muncul perlahan-lahan dari anak nagari masing-masing. Dengan begitu bisa dilewakan secara terbuka & dilakukan progress lebih lanjut. Begitu pula dengan melakukan pertanggungjawaban pada program kerja & akuntabilitas.

Sebagai contoh, pada Nagari Alahan Panjang (nagari asal Gamawan Fauzi – Mendagri)  memiliki potensi penggemukan sapi Simmental, dimana terletak pada ketinggian 1400 dpl yang berhawa dingin. Selain itu, apabila masyarakat banyak melakukan usaha ternak sapi, akan didapat hasil sampingan berupa kotoran sapi yang bisa digunakan sebagai “pupuk organik” untuk lahan pertanian holtikultura yang memang “sambuah” di Nagari Alahan Panjang. Selain itu, bahan kotoran sapi yang akan digunakan sebagai pupuk organik bisa digunakan sebagai bahan bakar “bio gas” terlebih dahulu selama kurang lebih 1-2 bulan.

sapi simental yang berumur 4 tahun dengan bobot 1200 kg dengan karkas daging 60 % (sekitar 700 kg)

Kami kira perlu adanya bantuan pengadaan bibit sapi simental yang bisa menggunakan pola syariah, dimana bisa dibentuk sebuah Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) di nagari – nagari yang dananya disokong dari simpanan kalangan perantau.

Dengan begitu masyarakat di nagari, bisa membeli bibit sapi dengan “pola angsuran” dengan kredit lunak, sehingga tabungan perantau akan tetap terjaga jumlahnya, dan masyarakat dikampung halaman bisa terbantu usaha.

Dengan begitu, modal dari perantau tidak hilang, dengan dikembalikan secara berkala setiap bulannya, terbuka pembukuannya dengan adanya “website nagari” sehingga bisa memberikan efek positif dari  pembangunan nagari.

Kami kira, masih banyak potensi – potensi yang tersimpan pada 630 Nagari di Sumatera Barat, dimana kami sangat yakin sekali bahwa anak nagari baik yang di ranah maupun di rantau sangat mengetahui keberadaan potensi – potensi tersebut. Sehingga dalam setiap setahun sekali, kita bisa berhari raya dikampung halaman dan menghasilkan sebuah “musyawarah mufakat” yang produktif.

Kami yakin sekali, banyak dikalangan perantau yang ingin menghabiskan masa tuanya di kampung halaman, namun dengan terbatasnya kemajuan sektor perekonomian di nagari menyebabkan kalangan perantau mengurungkan niatnya semula. Dengan kembalinya perantau bermukim di nagari – nagari setelah berpuluh tahun di perantau, pengalaman – pengalaman yang sangat berharga bisa diteruskan pada generasi muda di kampung halaman sebagai bekal hidup generasi penerus minangkabau. Sebab peribahasa pula menyebutkan….

Pengalaman adalah guru yang sangat berharga, melebihi buku yang sering kita baca.

Semoga pesan ini bisa kita terapkan bersama di kanagarian kita masing-masing sehingga komunikasi antar anak nagari bisa berlangsung lebih baik seiring dengan kemajuan teknologi Informasi, sehingga bisa memberikan dampak positif untuk kemajuan nagari – nagari  di Minangkabau. Semoga bermanfaat, amin ya Rabbal alamin.

Wasalam

Admin Pituah Adat Minangkabau

Pituah Adat Minangkabau dirilis 25 Februari 2010 sebagai media edukasi adat & budaya Minangkabau yang sifatnya non profit sebagai bentuk kecintaan pada minangkabau yang bertujuan tetap melestarikan adat & budaya minangkabau pada generasi penerus minangkabau. Tulisan ini juga kami sebarkan pada admin-admin yang mengelola ikatan keluarga, nagari di situs jejaring sosial facebook.